Minggu, 25 Oktober 2015

Tugas UTS Public Speaking



1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan Logos, Pathos dan Ethos sebagai dasar ilmu toast-  masters disertai masing masing contoh 500 kata.
2.      Sebutkan 10 Magic of public Speeking beserta contohnya 500 kata
3.      Apa yang dimaksud dengan retoriku dan berikan contoh 5 orang yang memiliki kemampuan retoriku tokoh dunia 500 kata
4.      Jelaskan apa yang menjadi targt seorang MC dan berikan contoh masing masing ( Explain five on the targets to be achieved by a master of ceremonies in the world of protocol formal and informal so as to have each inslance the right )










1.       
PHATOS
Pathos adalah daya tarik emosional yang menyertai isi argumen dari sisi logos dan kompetensi komunikator dari sisi ethos. penyampaian argumentasi dengan pathos yang menguatkan unsur persuasinya. Pathos adalah penentu dari persetujuan pendengar pada pemaparan sang pembicara. bujukan yang menyasar kepada segi emosi bisa. penyampaian pesan yang bersemangat dengan bentuk cerita, analogi, atau metafora untuk mengantarkan nilai-nilai secara empatik. pembicara bisa juga menggunakan imajinasi, harapan dan ketakutan dari audiens.

ETHOS
tampilan karakter dan kredibilitas pembicara yang dapat mempersuasi audiens sehingga mereka peduli dan percaya kepada pembicara. etos merupakan metode yang paling efektif untuk membentuk karakter pembicara sebagai persuader yang membangkitkan sikap kritis audiens agar mereka percaya terhadap berbagai argument yang dia ucapkan. seorang pembicara merupakan seseorang yang menguasai subjek pembicaraan, dan hanya dia  yang dianggap sangat berpengalaman menjawab dan membahas berbagai pertanyaan dari audiens


LOGOS
Logos adalah pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang akan dikomunikasikan, dimana struktur pesan yang akan disampaikan itu harus logis dan rasional dan berbasis pada kekuatan argumentasi, dan pesan ini harus disampaikan secara induktif dan deduktif. yang dimaksud dengan inductive reasoning adalah penyampaian pesan berdasarkan historis dan hipotesis, sehingga membuat audiens dapat menarik kesimpulan umum. deductive reasoning adalah menghendaki agar seorang persuader merumuskan pesan dalam bentuk proposisi umum, sehingga membuat audiens dapat menarik kesimpulan-kesimpulan khusus



Contoh kasus PHATOS , ETHOS DAN LOGOS

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang selalu menjadi berita karena beliau seorang presiden. Apalagi sejak merebaknya kasus Bank Century dan isu kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sayangnya, pemberitaan tentang SBY akhir-akhir ini cenderung kurang bagus. sikapnya yang dianggap tidak tegas dalam menangani kasus bank century dan isu kriminalisasi KPK, dan lebih khusus lagi dalam menanggapi rekomendasi tim pencari fakta (Tim Delapan) yang dipimpin Adnan Buyung Nasution,membuat banyak pihak mulai meragukan ethos SBY.
akibatnya, kredibilitas SBY pun mulai menurun. tulisan ini bukan membahas kasus bank Century dan isu kriminalisasi KPK, melainkan mencoba melihat kemampuan berkomunikasi SBY sebagai seorang presiden dan dampak yang ditimbulkannya.
Sebelum menjadi Presiden RI pada periode pertama (2004-2009), masyarakat Indonesia menyanjung dan mengelu-elukan SBY. Sebagian besar rakyat Indonesia memuji habis-habisan SBY sebagai tokoh humanis, religius, dan berwibawa. Pendek kata, SBY begitu memesona. Hasilnya, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla terpilih menjadi Presiden. Padahal ketika itu, SBY harus "bertarung melawan" tokoh sekaliber Amien Rais, dan juga ada Megawati Soekarnoputri, Wiranto, serta Hamzah Haz.

Saat maju kembali sebagai calon presiden untuk kedua kalinya (2009-2014), SBY juga masih mampu memesona sebagian besar rakyat Indonesia. Hasilnya, SBY yang kali ini berpasangan dengan Boediono, kembali terpilih menjadi presiden.

Mengapa SBY mampu menarik simpati dan begitu memesona di mata sebagian besar rakyat Indonesia? Mengapa sebagian besar rakyat Indonesia tidak terpesona dan tidak bersimpati kepada Jusuf Kalla dan Megawati Soekarnoputri sebagai calon Presiden RI pada Pemilu 2009?

Dalam ilmu komunikasi, SBY dapat dikategorikan sebagai seorang komunikator yang berhasil. SBY mampu mengirim pesan kepada khalayak (rakyat) bahwa dirinya adalah orang yang punya kemampuan dalam memimpin negara, sopan, bermoral, dan dirinya bersih dari KKN.

Sebagai seorang komunikator, SBY mampu mengenal dirinya, mengetahui kemampuan yang dimilikinya, mengetahui keinginan sebagian besar rakyat Indonesia, serta mampu mempertemukan keinginan dirinya dan keinginan sebagian besar rakyat Indonesia.

Selain mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan khalayak, SBY juga memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). Kepercayaan atau kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki seseorang komunikator, sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak.

Kredibilitas menurut Aristoteles (filsuf Yunani), bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos (karakter/pembawaan), pathos (ikatan emosional), dan logos (logis/masuk akal).

Ethos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator (pembicara) dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos adalah kekuatan yang dimiliki seorang komunikator dalam mengendalikan emosi pendengarnya (penerima pesan), sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya (Hafied Cangara, 2009).

Menurut Aristoteles, yang paling besar dan kuat pengaruhnya adalah ethos yang dilatarbelakangi track record, catatan perilaku, dan suri teladan. Ada pula yang mengatakan bahwa ethos terdiri atas pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik.

SBY tampaknya mampu menampilkan dirinya (mengirim pesan kepada sebagian besar rakyat Indonesia melalui berbagai media) sebagai seorang yang memiliki ethos atau karakter pribadi yang baik, sehingga sebagian besar rakyat Indonesia (penerima pesan) yang terdiri atas berbagai suku, agama, ras, dan golongan, terpesona dan bersimpati kepadanya (efek).

Pada kampanye Pemilu 2009, SBY juga mampu menciptakan pathos atau ikatan emosional yang baik dengan sebagian besar rakyat Indonesia. SBY dan Boediono menampilkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres yang berasal dari rakyat, bukan dari kalangan istana (Megawati) dan bukan dari kalangan orang kaya atau pengusaha (Jusuf Kalla).

Argumentasi yang disampaikan SBY dalam berbagai sesi tanya jawab saat kampanye Pemilu 2009, oleh sebagian besar rakyat Indonesia juga dianggap masuk akal (logos atau logis). SBY seolah-olah ingin menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia bahwa dalam memilih calon pemimpin negara, jangan hanya mendengar apa yang disampaikan atau diucapkan seseorang, tetapi lihat juga latar belakang dan pembawaannya.

Karena telanjur mendapatkan simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, SBY akhirnya mampu mengalahkan Jusuf Kalla dan Megawati pada Pemilu 2009. Sebaliknya, Jusuf Kalla dan Megawati yang sudah berupaya secara maksimal, gagal menarik simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, karena ethos, pathos, dan logos mereka tidak sesempurna SBY.

Ujian Berat
Keberhasilan SBY dalam berkomunikasi dengan rakyat Indonesia pada Pemilu 2009 yang membuat dirinya terpilih kembali sebagai Presiden RI, kini mendapat ujian berat dengan merebaknya kasus Bank Century dan isu kriminalisasi KPK.

Mampukah SBY mengkomunikasikan masalah-masalah tersebut dengan para pembantu dekatnya dan para menterinya, serta dengan rakyat yang dipimpinnya? Mampukah SBY mengambil keputusan yang tepat agar kredibilitasnya tetap terjaga dan komunikasinya dengan rakyat Indonesia tetap terjalin dengan baik? Kita lihat saja nanti.

Yang pasti, anggota DPR RI yang konon sebagian besar "berada di bawah kendalinya", kini sudah hampir pasti akan menggunakan hak angket. Artinya, ada komunikasi yang tidak mengena alias tidak bagus antara SBY dengan "anggota-anggotanya".

Selain itu, kini juga sudah mulai terbentuk opini publik bahwa SBY secara tidak langsung terlibat dalam kasus Bank Century dan dalam kasus upaya mengkriminalkan anggota KPK. Di sisi lain, akibat tidak terciptanya komunikasi yang baik, ormas-ormas besar pun sudah mulai "menyerang" dengan berbagai cara, kepemimpinan dan berbagai langkah SBY.

Bagaimana masa depan kepemimpinan SBY, sangat menarik kita tunggu bersama. Kita berharap SBY mampu mengambil langkah dan kebijakan yang tepat, serta mampu berkomunikasi secara baik dengan berbagai pihak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan



2. 

1. Language Proficiency dituntut untuk memiliki perbendaharaan kata, penguasaan bahasa dan istilah yang mampu menghipnotis audiens, dengan mengutip referensi sesuai dengan teori yang ada.
Misalnya, seorang pembicara yang berbahasa Indonesia harus memahami betul penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan jika pembicara menggunakan bahasa asing, pembicara harus memastikan bahwa tata bahasa asingnya tidak berantakan. Selain itu penggunaan istilah-istilah harus disesuaikan dengan Audiens dan topic yang dibawakan
Contohnya saat berbicara di hadapan para mahasiswa biologi pembicara bisa menggunakan istilah Zingiber Officinale, namun jika audiens kita orang awam jelas kita harus menggunakan sebutan yang lebih umum yaitu Jahe. Atau di kelas kimia penggunaan istilah Asam Asetat dan Natrium Klorida lebih baik digunakan ketimbang menyebutkan nama awamnya yaitu cuka dan garam dapur.
2. Say it Right, kemampuan Spelling atau kemampuan mengucapkan kata dengan pengejaan yang benar (Spell the word correctly), tidak menimbulkan presepsi yang berbeda dari audiens anda.
Seorang pembicara harus mampu mengucapkan setiap kata dan istilah dengan benar dan jelas. Kesalahan dalam melafalkan kata atau istilah bisa menyebabkan kesalahpahaman atau salah tafsir.
Contoh: Pray dan Prey adalah kata dalam bahasa inggris yang pelafalannya mirip. Jika tidak hati-hati maka bisa ditafsirkan salah. Misalnya “Lets pray together” (Mari berdoa bersama) namun karena kesalahan pelafalan pendengar menangkapnya menjadi “Lets prey together” (Ayo memangsa bersama)”
3.Charismatic Speaker, seorang yang berkharisma, anda adalah seorang ahli dibidang topic yang anda bawakan. Persiapan narasi yang tematis sangat dibutuhkan, intinya anda terlihat sangat berkharisma karena menguasai bidang anda dengan sangat akurat. Seorang pembicara harus menguasai panggung, tampil prima dan menguasai topik yang ia bawakan. Setiap pesan yang disampaikan oleh pembicara harus mampu menarik minat dan atensi khalayak yang dihadapinya.
Contohnya, dalam berpidato seorang pembicara tidak boleh bicara dengan terbata-bata yang mengindikasikan bahwa ia tidak menguasai bahan pidatonya. Misalnya pembicara berkata” saya percaya, jika semua orang berkomitmen untuk berwira usaha, ditahun 2020 Ekonomi Indonesia akan menjadi yang terkuat di Asia Tenggara”, namun iya mengatakannya tanpa penekanan, dan terbata-bata menjadi “saya emm.. percaya.. emm, ya kalau semua orang berkomitmen untuk, emm, apa ya? Itu, wirausahaha, errrr… maka ekonomi indonesia bisa saja akan menjadi yang terkuat di Asia Tenggara”. Pe,bicara yang seperti itu tentunya tak akan bisa membakar semangat audiensnya. Seorang pembicara harus yakin pada setiap kata yang ia ucapkan. Jika ia sendiri saja tidak yakin, bagaimana audiens bisa percaya kepada kata-katanya.
Contoh lainnya, Bila pembicara menggunakan bantuan teks, pembicara tidak boleh melulu melihat da terpaku pada teks. Bagaimana pun Pembicara harus melakukan interaksi dengan klayaknya meski hanya lewat tatapan mata atau sapaan ringan. Selain itu tepaku pada teks hanya akan membuat pembicara terlihat tidak siap untuk berbicara adan kurang kompeten.
4. Body Language, gerak-gerik anda menentukan segalanya dipanggung, jika anda kaku dan tidak bebas bergerak maka jangan naik panggung. Anda adalah bintang saat naik panggung tetapi jangan pula over acting, seadanya saja.
Bahasa tubuh dan gesture juga sangat penting diperhatikan oleh seorang pembicara. Seorag pembicara yang handal tentunya akan bersikap luwes (fleksibel) karena dapat menguasai panggung. Selain itu pembicara juga ditekankan untuk bersikap santun dan bersahabat saat berada diatas panggung.
Contohnya, ketika berada diatas panggung, pembicara tentunya tidak pantas bila berbicara sambil garuk-garuk kepala atau bagian tubuh lainnya, berkacak pinggang. Atau pembicara hanya akan berdiri ditengah-tengah panggung, menunduk dan memegang micnya erat-erat tanpa membuat interaksi dengan khalayaknya.
5. Confident and Nervous, faktornya adalah penguasaan diri yang rentan, banyak faktor penyebab yang berhubungan dengan psikologis sang pembicara. Memiliki kepercaya diri adalah salah satu kunci sukses bagi pembicara. Seorang pembicara harus mengendalikan rasa gugup (nervous) dan terus memupuk kepercayaan dirinya untuk bisa tampil didepan khalayak dengan mantap.
Contoh: Penting bagi pembicara untuk menjadi dirinya sendiri tentunya dalam ukuran-ukuran yang pantas saat berada diatas panggung sehingga ia terlihat nyaman berada dipanggung dan menghilangkan kegelisahan karena gugup. Selain itu latihan dan terus menambah jam terbang juga merupakan cara untuk menghindara rasa gugup sebelum manggung dan meningkatkan kepercayaan diri.



3
Pengertian Retorika
 Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya, ModernRhetoric, mendefinisikan retorika sebagai The art of using language effectivelyatau seni penggunaan bahasa secara efektif. Dari pengertian tersebut menjukkan bahwa retorika mempunyai pengertian sempit; mengenai bicara, dan pengertianluas: penggunaan bahasa, bisa lisan, dapat juga tulisan. Oleh karena itu, ada sementara orang yang mengartikan retorika sebagai public speaking atau pidato didepan umum, banyak juga yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya berarti pidato di depan umum.
Berbicara akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicarayang dikenal dengan istilah retorika. Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilah pidato.

Pengertian retorika menurut para ahli
a)     Menurut Georgias retorika adalah ilmu yang mempelajari dan menelaah proses pernyataan manusia.
b)     Menurut Protagoras mengatakan bahwaretorika adalah kemahiran berbicara bukan demi kemenangan, melainkan keindahan bahasa.
c)      Menurut Socrates, retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya, karena dengan dialog kebenaran akan timbul dengansendirinya.
d)     Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya.2005)
e)     Menurut Plato retorika adalah sebagai metode pendidikan dalam rangkamencapai kedudukan dalam pemerintahan dan dalam rangka upayamempengaruhi rakyat.


4.
1. On Thematic,                                                                                                                                                                        
Seorang MC harus memahami betul tema yang akan disampaikan pada khalayak yang dihadapinya. Sangat penting bagi MC untuk memahami hal-hal mendasar tentang tema cara dan latar belakangnya serta suasana dan audiensnya sehingga hal-hal yang disampaikannya tidak melenceng dari konteks tema yang sudah ditentukan. Karena itu, MC dan Panitia pelaksana haruslah melakukan briefing secara seksama sebelum acara dimulai.
Contoh: Pada saat memandu acara peresmian pembukaan restaurant. MC harus menguasai tema acara dan konsepnya sehingga pesan yang disampaikan kepada audiens berkaitan dengan usaha restaurant dan bukannya melebar ke masalah pendidikan nasional apalagi politik internasional. Apabila restaurant itu adalah restaurant masakan Sunda tentunya MC harus banyak membahas tentang kelebihan makanan sunda bukannya tentang masakan padang, masakan makassar apalagi masakan Belanda. ungkapan dan bahasa juga perlu memperhatikan apakah acara itu formal, semi formal atau benar-benar informal. Acara pebukaan restaurant umumnya adalah acara yang semi formal, karenanya MC bisa menggunakan ungkapan-ungkapan yang umum di dengar dalam keseharian agar jangan terlalu kaku seperti dalam acara formal namun tetap sopan dan terstruktur. Selain itu lihat juga audiensnya, jangan sampai bahasa dan pesan yang digunakan salah sasaran sehingga audiens tidak memahami apa yang MC sampaikan. Dengan memahami hal-hal tersebut, Pekerjaan MC akan tetap terkonsep dan sesuai dengan tema.
2. On Schedule (Run Down),  
Seorang MC harus menguasai Run Down acara dan memastikan bahwa susunan acara berjalan sesuai yang dijadwalkan (On Schedule). Kemampuan MC dalam mencapai target run down yang sudah disusun beserta dengan durasinya sangatlah penting untuk kesuksesan acara. Bila ada perubahan dalam rencana jangan biarkan audiens terlalu lama menunggu (harus konsekuen terhadap schedule time).
Contoh : Dalam sebuah acara seminar pada sesi tanya jawab disediakan waktu 10 menit untuk 4 orang penanya. Namun ternyata sebelum penanya ke 3 diberi kesempatan, waktu yang tersedia sudah habis. Maka meskipun baru 2 pertanyaan, sesi tanya jawab harus sudah dihentikan untuk memastikan bahwa sesi acara selanjutnya bisa terlaksana sesuai jadwal. Contoh lainnya adalah dalam sebuah acara, sesi coffee break dijadwalkan hanya akan berlangsung selama 15 menit, namun ternyata pada waktu yang sudah ditentukan audiens masih banyak yang belum kembali ke ruangan. Jika hal itu terjadi seorang MC yang handal tidak boleh berdiam diri dan menunggu sampai audiens datang dengan sendirinya, jsutru MC harus mampu ‘memanggil’ audiensnya kembali ke ruang acara dengan menarik atensi mereka dan melanjutkan acara sesuai dengan run down-nya.
3. On Opening,
Penting bagi seorang MC untuk mampu mengucapkan salam pembuka atau greetings dengan baik (mahir). Salam pembuka yang diberikan oleh MC akan dapat mempengaruhi atensi Audiens karenanya harus dilakukan dengan baik, tidak perlu bertele-tele dan sebaiknya bersifat universal (bukan hanya menyapa golongan atau kelompok tertentu saja).
Contoh: Menyampaikan salam pembuka dengan “Assalamualikum Wr Wb dan salam sejahtera” dengan demikian salam pembuka itu mampu merangkul golongan mayoritas dan minoritas. saat membuka acara MC juga tak perlu menyapa satu persatu tamu undangan yang memiliki jabatan, Misalnya dalam sebuah acara hadir kepala desa A dan kepala desa B beserta dengan wakil kepala desa, sekertaris desa dan perangkat desa lainnya. Maka daripada menyebut satu persatu nama dan jabatan sang pejabat, MC bs menyebut “Selamat datang bagi pejabat desa A dan B yang terhormat beserta seluruh jajarannya” dengan demikian salam itu tidak bertele-tele.
4. On performance
Seorang MC haruslah tampil dengan percaya diri, prima dan penuh dengan persiapan yang matang. Penting bagi MC untuk memperhatikan penampilan dirinya. Muali dari ujung rambut hingga ujung sepatu. Selain persiapan fisik, MC juga harus sudah memiliki pengetahuan umum mengenai suasana acara. Sangat tidak dibenarkan seorang MC datang terlambat ke lokasi acara karena dapat menyebabkan performa MC menjadi kacau berantakan. Malahan sangat dianjurkan bagi MC untuk melakukan gladi resik sebelum acara dilaksanakan untuk meminimalisir kesalahan saat acara berlangsung kemudian.
Contoh: Seorang MC bicara tidak terbata-bata, mampu mengucapkan semua kata dan istilah dengan artikulasi yang benar, mengenakan pakaian yang pantas dan rapi. menguasai panggung dan percaya diri dan mampu mengusai audiens dengan cara-cara yang benar bukannya karena dia terpeleset di panggung atau karena salah kostum. Berdiri dengan postur yang benar (tegak), tidak membungkuk atau berpose dengan seenaknya. bersemangat dari awal hingga akhir acara.
5. On closing
Penting bagi seorang MC untuk mampu membuat closing atau penutup dengan baik. penutup itu umumnya berupa ucapan terima kasih atau conclusion. meskipun dilakukan diakhir acara, closing harus dilakukan dengan antusias dan sungguh-sungguh. MC yang handal akan mampu memberikan closing acara yang berkesan. dengan memberikan kesan yang baik di akhir acara kekecewaan audiens terhadap acara bisa dihindari.
Contoh: Dengan memberi compliment atau penghargaan kepada audiens seperti “malam ini sungguh meriah, tepuk tangan untuk anda yang luar biasa” . atau dengan memberikan ”quote” atau pesan yang istimewa dan berkesan sesuai dengan tema acara atau dari kesimpulan pembicara. misalnya dalam seminar motivasi kita bisa bilang “Dengan kerja keras dan kesungguhan maka akan tercipta karya yang besar, terima kasih dan selamat malam!” Atau bila acara yang diadakan adalah acara yang secara rutin diadakan misalnya annual, maka MC bisa berkata “sampai jumpa di acara selanjutnya yang lebih spektakuler” yang menandakan bahwa acara tahun ini begitu spektakuler tapi tahun berikutnya akan lebih lagi sehingga audiens akan merasa ‘excited’ untuk menunggu acara tersebut di tahun selanjutnya