1. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan Logos, Pathos dan Ethos sebagai dasar ilmu toast- masters disertai masing masing contoh 500
kata.
2. Sebutkan
10 Magic of public Speeking beserta contohnya 500 kata
3. Apa
yang dimaksud dengan retoriku dan berikan contoh 5 orang yang memiliki
kemampuan retoriku tokoh dunia 500 kata
4. Jelaskan
apa yang menjadi targt seorang MC dan berikan contoh masing masing ( Explain
five on the targets to be achieved by a master of ceremonies in the world of
protocol formal and informal so as to have each inslance the right )
1.
PHATOS
Pathos adalah daya tarik
emosional yang menyertai isi argumen dari sisi logos dan kompetensi komunikator
dari sisi ethos. penyampaian argumentasi dengan pathos yang menguatkan unsur
persuasinya. Pathos adalah penentu dari persetujuan pendengar pada pemaparan
sang pembicara. bujukan yang menyasar kepada segi emosi bisa. penyampaian pesan
yang bersemangat dengan bentuk cerita, analogi, atau metafora untuk
mengantarkan nilai-nilai secara empatik. pembicara bisa juga menggunakan
imajinasi, harapan dan ketakutan dari audiens.
ETHOS
tampilan karakter dan
kredibilitas pembicara yang dapat mempersuasi audiens sehingga mereka peduli
dan percaya kepada pembicara. etos merupakan metode yang paling efektif untuk
membentuk karakter pembicara sebagai persuader yang membangkitkan sikap kritis
audiens agar mereka percaya terhadap berbagai argument yang dia ucapkan.
seorang pembicara merupakan seseorang yang menguasai subjek pembicaraan, dan
hanya dia yang dianggap sangat
berpengalaman menjawab dan membahas berbagai pertanyaan dari audiens
LOGOS
Logos
adalah pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang akan
dikomunikasikan, dimana struktur pesan yang akan disampaikan itu harus logis
dan rasional dan berbasis pada kekuatan argumentasi, dan pesan ini harus
disampaikan secara induktif dan deduktif. yang dimaksud dengan inductive
reasoning adalah penyampaian pesan berdasarkan historis dan hipotesis, sehingga
membuat audiens dapat menarik kesimpulan umum. deductive reasoning adalah
menghendaki agar seorang persuader merumuskan pesan dalam bentuk proposisi
umum, sehingga membuat audiens dapat menarik kesimpulan-kesimpulan khusus
Contoh kasus PHATOS ,
ETHOS DAN LOGOS
Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) memang selalu menjadi berita karena beliau seorang
presiden. Apalagi sejak merebaknya kasus Bank Century dan isu kriminalisasi
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sayangnya, pemberitaan tentang SBY akhir-akhir ini cenderung kurang bagus. sikapnya yang dianggap tidak tegas dalam menangani kasus bank century dan isu kriminalisasi KPK, dan lebih khusus lagi dalam menanggapi rekomendasi tim pencari fakta (Tim Delapan) yang dipimpin Adnan Buyung Nasution,membuat banyak pihak mulai meragukan ethos SBY.
akibatnya, kredibilitas SBY pun mulai menurun. tulisan ini bukan membahas kasus bank Century dan isu kriminalisasi KPK, melainkan mencoba melihat kemampuan berkomunikasi SBY sebagai seorang presiden dan dampak yang ditimbulkannya.
Sebelum menjadi Presiden RI pada periode pertama (2004-2009), masyarakat Indonesia menyanjung dan mengelu-elukan SBY. Sebagian besar rakyat Indonesia memuji habis-habisan SBY sebagai tokoh humanis, religius, dan berwibawa. Pendek kata, SBY begitu memesona. Hasilnya, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla terpilih menjadi Presiden. Padahal ketika itu, SBY harus "bertarung melawan" tokoh sekaliber Amien Rais, dan juga ada Megawati Soekarnoputri, Wiranto, serta Hamzah Haz.
Saat maju kembali sebagai calon presiden untuk kedua kalinya (2009-2014), SBY juga masih mampu memesona sebagian besar rakyat Indonesia. Hasilnya, SBY yang kali ini berpasangan dengan Boediono, kembali terpilih menjadi presiden.
Mengapa SBY mampu menarik simpati dan begitu memesona di mata sebagian besar rakyat Indonesia? Mengapa sebagian besar rakyat Indonesia tidak terpesona dan tidak bersimpati kepada Jusuf Kalla dan Megawati Soekarnoputri sebagai calon Presiden RI pada Pemilu 2009?
Dalam ilmu komunikasi, SBY dapat dikategorikan sebagai seorang komunikator yang berhasil. SBY mampu mengirim pesan kepada khalayak (rakyat) bahwa dirinya adalah orang yang punya kemampuan dalam memimpin negara, sopan, bermoral, dan dirinya bersih dari KKN.
Sebagai seorang komunikator, SBY mampu mengenal dirinya, mengetahui kemampuan yang dimilikinya, mengetahui keinginan sebagian besar rakyat Indonesia, serta mampu mempertemukan keinginan dirinya dan keinginan sebagian besar rakyat Indonesia.
Selain mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan khalayak, SBY juga memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). Kepercayaan atau kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki seseorang komunikator, sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak.
Kredibilitas menurut Aristoteles (filsuf Yunani), bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos (karakter/pembawaan), pathos (ikatan emosional), dan logos (logis/masuk akal).
Ethos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator (pembicara) dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos adalah kekuatan yang dimiliki seorang komunikator dalam mengendalikan emosi pendengarnya (penerima pesan), sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya (Hafied Cangara, 2009).
Menurut Aristoteles, yang paling besar dan kuat pengaruhnya adalah ethos yang dilatarbelakangi track record, catatan perilaku, dan suri teladan. Ada pula yang mengatakan bahwa ethos terdiri atas pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik.
SBY tampaknya mampu menampilkan dirinya (mengirim pesan kepada sebagian besar rakyat Indonesia melalui berbagai media) sebagai seorang yang memiliki ethos atau karakter pribadi yang baik, sehingga sebagian besar rakyat Indonesia (penerima pesan) yang terdiri atas berbagai suku, agama, ras, dan golongan, terpesona dan bersimpati kepadanya (efek).
Pada kampanye Pemilu 2009, SBY juga mampu menciptakan pathos atau ikatan emosional yang baik dengan sebagian besar rakyat Indonesia. SBY dan Boediono menampilkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres yang berasal dari rakyat, bukan dari kalangan istana (Megawati) dan bukan dari kalangan orang kaya atau pengusaha (Jusuf Kalla).
Argumentasi yang disampaikan SBY dalam berbagai sesi tanya jawab saat kampanye Pemilu 2009, oleh sebagian besar rakyat Indonesia juga dianggap masuk akal (logos atau logis). SBY seolah-olah ingin menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia bahwa dalam memilih calon pemimpin negara, jangan hanya mendengar apa yang disampaikan atau diucapkan seseorang, tetapi lihat juga latar belakang dan pembawaannya.
Karena telanjur mendapatkan simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, SBY akhirnya mampu mengalahkan Jusuf Kalla dan Megawati pada Pemilu 2009. Sebaliknya, Jusuf Kalla dan Megawati yang sudah berupaya secara maksimal, gagal menarik simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, karena ethos, pathos, dan logos mereka tidak sesempurna SBY.
Ujian Berat
Keberhasilan SBY dalam berkomunikasi dengan rakyat Indonesia pada Pemilu 2009 yang membuat dirinya terpilih kembali sebagai Presiden RI, kini mendapat ujian berat dengan merebaknya kasus Bank Century dan isu kriminalisasi KPK.
Mampukah SBY mengkomunikasikan masalah-masalah tersebut dengan para pembantu dekatnya dan para menterinya, serta dengan rakyat yang dipimpinnya? Mampukah SBY mengambil keputusan yang tepat agar kredibilitasnya tetap terjaga dan komunikasinya dengan rakyat Indonesia tetap terjalin dengan baik? Kita lihat saja nanti.
Yang pasti, anggota DPR RI yang konon sebagian besar "berada di bawah kendalinya", kini sudah hampir pasti akan menggunakan hak angket. Artinya, ada komunikasi yang tidak mengena alias tidak bagus antara SBY dengan "anggota-anggotanya".
Selain itu, kini juga sudah mulai terbentuk opini publik bahwa SBY secara tidak langsung terlibat dalam kasus Bank Century dan dalam kasus upaya mengkriminalkan anggota KPK. Di sisi lain, akibat tidak terciptanya komunikasi yang baik, ormas-ormas besar pun sudah mulai "menyerang" dengan berbagai cara, kepemimpinan dan berbagai langkah SBY.
Bagaimana masa depan kepemimpinan SBY, sangat menarik kita tunggu bersama. Kita berharap SBY mampu mengambil langkah dan kebijakan yang tepat, serta mampu berkomunikasi secara baik dengan berbagai pihak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
Sayangnya, pemberitaan tentang SBY akhir-akhir ini cenderung kurang bagus. sikapnya yang dianggap tidak tegas dalam menangani kasus bank century dan isu kriminalisasi KPK, dan lebih khusus lagi dalam menanggapi rekomendasi tim pencari fakta (Tim Delapan) yang dipimpin Adnan Buyung Nasution,membuat banyak pihak mulai meragukan ethos SBY.
akibatnya, kredibilitas SBY pun mulai menurun. tulisan ini bukan membahas kasus bank Century dan isu kriminalisasi KPK, melainkan mencoba melihat kemampuan berkomunikasi SBY sebagai seorang presiden dan dampak yang ditimbulkannya.
Sebelum menjadi Presiden RI pada periode pertama (2004-2009), masyarakat Indonesia menyanjung dan mengelu-elukan SBY. Sebagian besar rakyat Indonesia memuji habis-habisan SBY sebagai tokoh humanis, religius, dan berwibawa. Pendek kata, SBY begitu memesona. Hasilnya, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla terpilih menjadi Presiden. Padahal ketika itu, SBY harus "bertarung melawan" tokoh sekaliber Amien Rais, dan juga ada Megawati Soekarnoputri, Wiranto, serta Hamzah Haz.
Saat maju kembali sebagai calon presiden untuk kedua kalinya (2009-2014), SBY juga masih mampu memesona sebagian besar rakyat Indonesia. Hasilnya, SBY yang kali ini berpasangan dengan Boediono, kembali terpilih menjadi presiden.
Mengapa SBY mampu menarik simpati dan begitu memesona di mata sebagian besar rakyat Indonesia? Mengapa sebagian besar rakyat Indonesia tidak terpesona dan tidak bersimpati kepada Jusuf Kalla dan Megawati Soekarnoputri sebagai calon Presiden RI pada Pemilu 2009?
Dalam ilmu komunikasi, SBY dapat dikategorikan sebagai seorang komunikator yang berhasil. SBY mampu mengirim pesan kepada khalayak (rakyat) bahwa dirinya adalah orang yang punya kemampuan dalam memimpin negara, sopan, bermoral, dan dirinya bersih dari KKN.
Sebagai seorang komunikator, SBY mampu mengenal dirinya, mengetahui kemampuan yang dimilikinya, mengetahui keinginan sebagian besar rakyat Indonesia, serta mampu mempertemukan keinginan dirinya dan keinginan sebagian besar rakyat Indonesia.
Selain mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan khalayak, SBY juga memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). Kepercayaan atau kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki seseorang komunikator, sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak.
Kredibilitas menurut Aristoteles (filsuf Yunani), bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos (karakter/pembawaan), pathos (ikatan emosional), dan logos (logis/masuk akal).
Ethos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator (pembicara) dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos adalah kekuatan yang dimiliki seorang komunikator dalam mengendalikan emosi pendengarnya (penerima pesan), sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya (Hafied Cangara, 2009).
Menurut Aristoteles, yang paling besar dan kuat pengaruhnya adalah ethos yang dilatarbelakangi track record, catatan perilaku, dan suri teladan. Ada pula yang mengatakan bahwa ethos terdiri atas pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik.
SBY tampaknya mampu menampilkan dirinya (mengirim pesan kepada sebagian besar rakyat Indonesia melalui berbagai media) sebagai seorang yang memiliki ethos atau karakter pribadi yang baik, sehingga sebagian besar rakyat Indonesia (penerima pesan) yang terdiri atas berbagai suku, agama, ras, dan golongan, terpesona dan bersimpati kepadanya (efek).
Pada kampanye Pemilu 2009, SBY juga mampu menciptakan pathos atau ikatan emosional yang baik dengan sebagian besar rakyat Indonesia. SBY dan Boediono menampilkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres yang berasal dari rakyat, bukan dari kalangan istana (Megawati) dan bukan dari kalangan orang kaya atau pengusaha (Jusuf Kalla).
Argumentasi yang disampaikan SBY dalam berbagai sesi tanya jawab saat kampanye Pemilu 2009, oleh sebagian besar rakyat Indonesia juga dianggap masuk akal (logos atau logis). SBY seolah-olah ingin menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia bahwa dalam memilih calon pemimpin negara, jangan hanya mendengar apa yang disampaikan atau diucapkan seseorang, tetapi lihat juga latar belakang dan pembawaannya.
Karena telanjur mendapatkan simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, SBY akhirnya mampu mengalahkan Jusuf Kalla dan Megawati pada Pemilu 2009. Sebaliknya, Jusuf Kalla dan Megawati yang sudah berupaya secara maksimal, gagal menarik simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, karena ethos, pathos, dan logos mereka tidak sesempurna SBY.
Ujian Berat
Keberhasilan SBY dalam berkomunikasi dengan rakyat Indonesia pada Pemilu 2009 yang membuat dirinya terpilih kembali sebagai Presiden RI, kini mendapat ujian berat dengan merebaknya kasus Bank Century dan isu kriminalisasi KPK.
Mampukah SBY mengkomunikasikan masalah-masalah tersebut dengan para pembantu dekatnya dan para menterinya, serta dengan rakyat yang dipimpinnya? Mampukah SBY mengambil keputusan yang tepat agar kredibilitasnya tetap terjaga dan komunikasinya dengan rakyat Indonesia tetap terjalin dengan baik? Kita lihat saja nanti.
Yang pasti, anggota DPR RI yang konon sebagian besar "berada di bawah kendalinya", kini sudah hampir pasti akan menggunakan hak angket. Artinya, ada komunikasi yang tidak mengena alias tidak bagus antara SBY dengan "anggota-anggotanya".
Selain itu, kini juga sudah mulai terbentuk opini publik bahwa SBY secara tidak langsung terlibat dalam kasus Bank Century dan dalam kasus upaya mengkriminalkan anggota KPK. Di sisi lain, akibat tidak terciptanya komunikasi yang baik, ormas-ormas besar pun sudah mulai "menyerang" dengan berbagai cara, kepemimpinan dan berbagai langkah SBY.
Bagaimana masa depan kepemimpinan SBY, sangat menarik kita tunggu bersama. Kita berharap SBY mampu mengambil langkah dan kebijakan yang tepat, serta mampu berkomunikasi secara baik dengan berbagai pihak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
2.
1. Language Proficiency dituntut
untuk memiliki perbendaharaan kata, penguasaan bahasa dan istilah yang mampu
menghipnotis audiens, dengan mengutip referensi sesuai dengan teori yang ada.
Misalnya, seorang pembicara yang
berbahasa Indonesia harus memahami betul penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Dan jika pembicara menggunakan bahasa asing, pembicara harus
memastikan bahwa tata bahasa asingnya tidak berantakan. Selain itu penggunaan
istilah-istilah harus disesuaikan dengan Audiens dan topic yang dibawakan
Contohnya saat berbicara di
hadapan para mahasiswa biologi pembicara bisa menggunakan istilah Zingiber
Officinale, namun jika audiens kita orang awam jelas kita harus menggunakan
sebutan yang lebih umum yaitu Jahe. Atau di kelas kimia penggunaan istilah Asam
Asetat dan Natrium Klorida lebih baik digunakan ketimbang menyebutkan nama
awamnya yaitu cuka dan garam dapur.
2. Say it Right, kemampuan
Spelling atau kemampuan mengucapkan kata dengan pengejaan yang benar (Spell the
word correctly), tidak menimbulkan presepsi yang berbeda dari audiens anda.
Seorang pembicara harus mampu
mengucapkan setiap kata dan istilah dengan benar dan jelas. Kesalahan dalam
melafalkan kata atau istilah bisa menyebabkan kesalahpahaman atau salah tafsir.
Contoh: Pray dan Prey adalah kata
dalam bahasa inggris yang pelafalannya mirip. Jika tidak hati-hati maka bisa
ditafsirkan salah. Misalnya “Lets pray together” (Mari berdoa bersama) namun
karena kesalahan pelafalan pendengar menangkapnya menjadi “Lets prey together”
(Ayo memangsa bersama)”
3.Charismatic Speaker, seorang
yang berkharisma, anda adalah seorang ahli dibidang topic yang anda bawakan.
Persiapan narasi yang tematis sangat dibutuhkan, intinya anda terlihat sangat
berkharisma karena menguasai bidang anda dengan sangat akurat. Seorang
pembicara harus menguasai panggung, tampil prima dan menguasai topik yang ia
bawakan. Setiap pesan yang disampaikan oleh pembicara harus mampu menarik minat
dan atensi khalayak yang dihadapinya.
Contohnya, dalam berpidato
seorang pembicara tidak boleh bicara dengan terbata-bata yang mengindikasikan
bahwa ia tidak menguasai bahan pidatonya. Misalnya pembicara berkata” saya
percaya, jika semua orang berkomitmen untuk berwira usaha, ditahun 2020 Ekonomi
Indonesia akan menjadi yang terkuat di Asia Tenggara”, namun iya mengatakannya
tanpa penekanan, dan terbata-bata menjadi “saya emm.. percaya.. emm, ya kalau
semua orang berkomitmen untuk, emm, apa ya? Itu, wirausahaha, errrr… maka
ekonomi indonesia bisa saja akan menjadi yang terkuat di Asia Tenggara”.
Pe,bicara yang seperti itu tentunya tak akan bisa membakar semangat audiensnya.
Seorang pembicara harus yakin pada setiap kata yang ia ucapkan. Jika ia sendiri
saja tidak yakin, bagaimana audiens bisa percaya kepada kata-katanya.
Contoh lainnya, Bila pembicara
menggunakan bantuan teks, pembicara tidak boleh melulu melihat da terpaku pada
teks. Bagaimana pun Pembicara harus melakukan interaksi dengan klayaknya meski
hanya lewat tatapan mata atau sapaan ringan. Selain itu tepaku pada teks hanya
akan membuat pembicara terlihat tidak siap untuk berbicara adan kurang
kompeten.
4. Body Language, gerak-gerik
anda menentukan segalanya dipanggung, jika anda kaku dan tidak bebas bergerak
maka jangan naik panggung. Anda adalah bintang saat naik panggung tetapi jangan
pula over acting, seadanya saja.
Bahasa tubuh dan gesture juga
sangat penting diperhatikan oleh seorang pembicara. Seorag pembicara yang
handal tentunya akan bersikap luwes (fleksibel) karena dapat menguasai
panggung. Selain itu pembicara juga ditekankan untuk bersikap santun dan
bersahabat saat berada diatas panggung.
Contohnya, ketika berada diatas
panggung, pembicara tentunya tidak pantas bila berbicara sambil garuk-garuk
kepala atau bagian tubuh lainnya, berkacak pinggang. Atau pembicara hanya akan
berdiri ditengah-tengah panggung, menunduk dan memegang micnya erat-erat tanpa
membuat interaksi dengan khalayaknya.
5. Confident and Nervous,
faktornya adalah penguasaan diri yang rentan, banyak faktor penyebab yang
berhubungan dengan psikologis sang pembicara. Memiliki kepercaya diri adalah
salah satu kunci sukses bagi pembicara. Seorang pembicara harus mengendalikan
rasa gugup (nervous) dan terus memupuk kepercayaan dirinya untuk bisa tampil
didepan khalayak dengan mantap.
Contoh: Penting bagi pembicara
untuk menjadi dirinya sendiri tentunya dalam ukuran-ukuran yang pantas saat
berada diatas panggung sehingga ia terlihat nyaman berada dipanggung dan
menghilangkan kegelisahan karena gugup. Selain itu latihan dan terus menambah
jam terbang juga merupakan cara untuk menghindara rasa gugup sebelum manggung
dan meningkatkan kepercayaan diri.
3
Pengertian
Retorika
Retorika
atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan latin rhetorica
yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya,
ModernRhetoric, mendefinisikan retorika sebagai The art of using language
effectivelyatau seni penggunaan bahasa secara efektif. Dari pengertian tersebut
menjukkan bahwa retorika mempunyai pengertian sempit; mengenai bicara, dan
pengertianluas: penggunaan bahasa, bisa lisan, dapat juga tulisan. Oleh karena
itu, ada sementara orang yang mengartikan retorika sebagai public speaking atau
pidato didepan umum, banyak juga yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya
berarti pidato di depan umum.
Berbicara
akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang
lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif),
bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh
(persuasif). Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni
berbicarayang dikenal dengan istilah retorika. Retorika adalah seni
berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang
secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali
disamakan dengan istilah pidato.
Pengertian
retorika menurut para ahli
a)
Menurut Georgias retorika adalah ilmu yang mempelajari dan menelaah proses
pernyataan manusia.
b)
Menurut Protagoras mengatakan bahwaretorika adalah kemahiran berbicara bukan
demi kemenangan, melainkan keindahan bahasa.
c)
Menurut Socrates, retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai
tekniknya, karena dengan dialog kebenaran akan timbul dengansendirinya.
d)
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja
Rosdakarya.2005)
e)
Menurut Plato retorika adalah sebagai metode pendidikan dalam rangkamencapai
kedudukan dalam pemerintahan dan dalam rangka upayamempengaruhi rakyat.
4.
1.
On Thematic,
Seorang MC harus
memahami betul tema yang akan disampaikan pada khalayak yang dihadapinya.
Sangat penting bagi MC untuk memahami hal-hal mendasar tentang tema cara dan
latar belakangnya serta suasana dan audiensnya sehingga hal-hal yang
disampaikannya tidak melenceng dari konteks tema yang sudah ditentukan. Karena
itu, MC dan Panitia pelaksana haruslah melakukan briefing secara seksama
sebelum acara dimulai.
Contoh: Pada
saat memandu acara peresmian pembukaan restaurant. MC harus menguasai tema
acara dan konsepnya sehingga pesan yang disampaikan kepada audiens berkaitan
dengan usaha restaurant dan bukannya melebar ke masalah pendidikan nasional
apalagi politik internasional. Apabila restaurant itu adalah restaurant masakan
Sunda tentunya MC harus banyak membahas tentang kelebihan makanan sunda
bukannya tentang masakan padang, masakan makassar apalagi masakan Belanda.
ungkapan dan bahasa juga perlu memperhatikan apakah acara itu formal, semi
formal atau benar-benar informal. Acara pebukaan restaurant umumnya adalah
acara yang semi formal, karenanya MC bisa menggunakan ungkapan-ungkapan yang
umum di dengar dalam keseharian agar jangan terlalu kaku seperti dalam acara
formal namun tetap sopan dan terstruktur. Selain itu lihat juga audiensnya,
jangan sampai bahasa dan pesan yang digunakan salah sasaran sehingga audiens
tidak memahami apa yang MC sampaikan. Dengan memahami hal-hal tersebut,
Pekerjaan MC akan tetap terkonsep dan sesuai dengan tema.
2. On Schedule
(Run Down),
Seorang MC harus
menguasai Run Down acara dan memastikan bahwa susunan acara berjalan sesuai
yang dijadwalkan (On Schedule). Kemampuan MC dalam mencapai target run down
yang sudah disusun beserta dengan durasinya sangatlah penting untuk kesuksesan
acara. Bila ada perubahan dalam rencana jangan biarkan audiens terlalu lama
menunggu (harus konsekuen terhadap schedule time).
Contoh : Dalam
sebuah acara seminar pada sesi tanya jawab disediakan waktu 10 menit untuk 4
orang penanya. Namun ternyata sebelum penanya ke 3 diberi kesempatan, waktu
yang tersedia sudah habis. Maka meskipun baru 2 pertanyaan, sesi tanya jawab
harus sudah dihentikan untuk memastikan bahwa sesi acara selanjutnya bisa
terlaksana sesuai jadwal. Contoh lainnya adalah dalam sebuah acara, sesi coffee
break dijadwalkan hanya akan berlangsung selama 15 menit, namun ternyata pada
waktu yang sudah ditentukan audiens masih banyak yang belum kembali ke ruangan.
Jika hal itu terjadi seorang MC yang handal tidak boleh berdiam diri dan
menunggu sampai audiens datang dengan sendirinya, jsutru MC harus mampu
‘memanggil’ audiensnya kembali ke ruang acara dengan menarik atensi mereka dan
melanjutkan acara sesuai dengan run down-nya.
3. On Opening,
Penting bagi
seorang MC untuk mampu mengucapkan salam pembuka atau greetings dengan baik
(mahir). Salam pembuka yang diberikan oleh MC akan dapat mempengaruhi atensi
Audiens karenanya harus dilakukan dengan baik, tidak perlu bertele-tele dan
sebaiknya bersifat universal (bukan hanya menyapa golongan atau kelompok
tertentu saja).
Contoh:
Menyampaikan salam pembuka dengan “Assalamualikum Wr Wb dan salam sejahtera”
dengan demikian salam pembuka itu mampu merangkul golongan mayoritas dan
minoritas. saat membuka acara MC juga tak perlu menyapa satu persatu tamu
undangan yang memiliki jabatan, Misalnya dalam sebuah acara hadir kepala desa A
dan kepala desa B beserta dengan wakil kepala desa, sekertaris desa dan
perangkat desa lainnya. Maka daripada menyebut satu persatu nama dan jabatan
sang pejabat, MC bs menyebut “Selamat datang bagi pejabat desa A dan B yang
terhormat beserta seluruh jajarannya” dengan demikian salam itu tidak bertele-tele.
4. On
performance
Seorang MC
haruslah tampil dengan percaya diri, prima dan penuh dengan persiapan yang
matang. Penting bagi MC untuk memperhatikan penampilan dirinya. Muali dari
ujung rambut hingga ujung sepatu. Selain persiapan fisik, MC juga harus sudah
memiliki pengetahuan umum mengenai suasana acara. Sangat tidak dibenarkan
seorang MC datang terlambat ke lokasi acara karena dapat menyebabkan performa
MC menjadi kacau berantakan. Malahan sangat dianjurkan bagi MC untuk melakukan
gladi resik sebelum acara dilaksanakan untuk meminimalisir kesalahan saat acara
berlangsung kemudian.
Contoh: Seorang
MC bicara tidak terbata-bata, mampu mengucapkan semua kata dan istilah dengan
artikulasi yang benar, mengenakan pakaian yang pantas dan rapi. menguasai
panggung dan percaya diri dan mampu mengusai audiens dengan cara-cara yang
benar bukannya karena dia terpeleset di panggung atau karena salah kostum.
Berdiri dengan postur yang benar (tegak), tidak membungkuk atau berpose dengan
seenaknya. bersemangat dari awal hingga akhir acara.
5. On closing
Penting bagi
seorang MC untuk mampu membuat closing atau penutup dengan baik. penutup itu
umumnya berupa ucapan terima kasih atau conclusion. meskipun dilakukan diakhir
acara, closing harus dilakukan dengan antusias dan sungguh-sungguh. MC yang
handal akan mampu memberikan closing acara yang berkesan. dengan memberikan
kesan yang baik di akhir acara kekecewaan audiens terhadap acara bisa
dihindari.
Contoh: Dengan memberi compliment atau penghargaan
kepada audiens seperti “malam ini sungguh meriah, tepuk tangan untuk anda yang
luar biasa” . atau dengan memberikan ”quote” atau pesan yang istimewa dan
berkesan sesuai dengan tema acara atau dari kesimpulan pembicara. misalnya
dalam seminar motivasi kita bisa bilang “Dengan kerja keras dan kesungguhan
maka akan tercipta karya yang besar, terima kasih dan selamat malam!” Atau bila
acara yang diadakan adalah acara yang secara rutin diadakan misalnya annual,
maka MC bisa berkata “sampai jumpa di acara selanjutnya yang lebih spektakuler”
yang menandakan bahwa acara tahun ini begitu spektakuler tapi tahun berikutnya
akan lebih lagi sehingga audiens akan merasa ‘excited’ untuk menunggu acara
tersebut di tahun selanjutnya